Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, August 2, 2018

Logo Widya Informatika Selatpanjang

Logo Widya Informatika
Pusat pendidkan Komputer terbesar di Selatpanjang




Kerajinan tangan dari botol bekas

Botol bekas dirumah jangan dibuang....
Banyak kerajian yang bisa di buat kreasi dari botol bekas..
bahkan nih sob, bisa bernilai tinggi kalo dijual..
yuk manfaatkan botol bekas..
berikut video nya, Tonton abis yah!!!!



Sejarah Kota Selatpanjang

Selat panjang merupakan sakah satu kota bersejarah di meranti
Berikut sejarah kota selatpanjang

Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu bandar (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam kesultanan Siak. Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku Melayu dan Tionghoa, karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari China ke nusantara dan sebaliknya.

 Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi ( yang bertahta tahun 1784 - 1810 ), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan kerajaan Sambas ( Kalimantan Barat ) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah Bukit Batu dan Merbau'' untuk menghadang penjajah dan lanun
 Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi. Mereka tiba di tebing Hutan Alai( sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat ). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa panas. Ia melepasnya,“Menurut sepanjang pengetahuan den, tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama,” kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat sebuah tebing yang tinggi. “Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda Sultan Syarif Ali,” pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi. Di usia masih 25 tahun itu, dengan mengucap bismillah Panglima melejit ke darat yang tinggi sambil memberi salam. “Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab salam den,” katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia tancapkan keris di atas tanah (lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek kantor Bea Cukai Selatpanjang ). Sambil berkata, “Dengarkanlah oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah.” Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. “Den bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris den ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakanNegeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi.”itulah nama asal muasal kota selatpanjang.
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau inilah menyebabkan pemerintahan Hindia Belanda ikut ambil dalam bagian penentuan nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa Sultan Siak yang ke 11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Pada tahun 1880, pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Tuan Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis mengenai perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908. Seiring waktu masa diawal Pemerintahan Republik Indonesia, kota selatpanjang dan sekitarnya ini merupakan Wilayah Kewedanan di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Tebingtinggi.Pada tanggal 19 Desember 2008,daerah selatpanjang dan sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan Meranti memekarkan diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang.
Taman Cikpuan dan Kolam Telaga Bening di tengah kota Selat Panjang, punya nilai sejarah. Ditaman Cikpuan ini banyak peristiwa terjadi dan bernilai Sejarah, sejak dari yang sederhana seperti tempat menampilkan pentas seni sampai peristiwa politik yang heroik juga selalu berlangsung disini. Pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti lepas dari induk Kabupaten Bengkalis beberapa agenda yang melibatkan massa yang besar berlangsung di arena ini, Taman Cikpuan menjadi saksi sejarah. Disamping itu, Kolam Telaga Bening di jalan Merdeka tidak jauh dari Cikpuan Park adalah penopang air untuk masyarakat Selat Panjang, jika musim kemarau tiba kolam ini menjadi tumpuan untuk mendapatkan air buat mandi dan Cuci bahkan untuk minum.
Harapan kedepan,objek wisata yang ada dikabupaten kepulauan meranti terus di perhatikan,dan masyarakat bisa menjaga dan melestarikan dengan baik.

Thursday, July 26, 2018

Resep Membuat Kue Putu

Cara membuat:
1. Masak air bersama garam dan daun pandan hingga mendidih, sisihkan sampai agak hangat.
2. Masukkan air tadi ke dalam tepung beras. Lalu aduk hingga bergumpal kasar.


3. Kemudian saring tepung tadi dengan saringan kawat.


4. Saring hingga mendapatkan butiran tepung berasa yang halus.



5. Setelah itu potong kecil-kecil gula merah.


6. Masukkan tepung yang sudah disaring sebanyak 1/3 ke dalam cetakan plastik kue atau agar. Lalu masukkan gula merah secukupnya di atasnya.


7. Masukkan kembali tepung beras sampai penuh. Setelah itu kukus selama kurang lebih 40 menit.


8. Angkat dan sajikan kue putu bersama kelapa parut. Selamat mencoba!

Membuat Bunga Dari Sedotan

 

7 Makanan & Minuman Khas Riau


Minuman dan Makanan Khas Riau

1.Gulai Ikan Patin




Makanan khas dari Riau yang menjadi ikon pariwisata Riau ini mempunyai ciri khas kuahnya yang berwarna kuning dan menyiram potongan ikan patin besar. Daging ikan patin ini rendah kolesterol dan bertekstur lembut dengan rasanya yang gurih. Aroma masakan gulai ikan patin pun sangat menggugah selera.



2. Ikan Selais Asap



Makanan khas Pekanbaru Riau yang satu ini mempunyai penikmat yang cukup banyak. Letak geografis Riau yang diapit beberapa sungai membuat suplai ikan selais ini tidak pernah kurang. Ikan selais banyak diolah dengan cara asapan dan disajikan dengan sambal merah yang pedas. Daging ikan selais rasanya renyah dan khas aroma masakan Riau.








3. Mie Lendir






Makanan khas Riau beserta gambarnya ini tentunya sangat menggugah selera bukan? Mie yang juga terkenal di Batam ini mempunyai penggemar yang cukup banyak dengan kuah yang kental mirip dengan lendir. Mie lendir terdiri dari mie kuning yang direbus ditambah dengan tauge dan telur rebus. Kuah dari mie lendir ini terbuat dari kacang tanah yang dicampur dengan ubi dan bumbu-bumbu khusus lainnya.




4.Roti Canai


Roti canai berbentuk pipih dan sebenarnya berasal dari budaya India. Roti ini memang banyak dijual di Negara Melayu, seperti Singapura, Malaysia, dan juga Indonesia, khususnya di daerah Riau. Cara memasaknya dengan diberi sedikit minyak. Rasanya empuk dan gurih. Roti canai biasa disajikan dengan kari daging kambing dengan cara disobek rotinya untuk diccol ke kuah kari daging kambing atau domba. Gurihnya sangat menggoda.








5. Asam Pedas Baung


Makanan khas provinsi Riau  asam pedas baung. Baung merupakan ikan air tawar yang mempunyai protein tinggi dan rendah lemak.  Kuahnya berwarna kemerahan dan terdiri dari bumbu khusus membuat siapapun ingin mencicipinya. Dagingnya lembut dan kenyal namun tidak lembek sehingga nikamt untuk disantap. Salah satu rumah makan yang menyediakan menu andalan asam pedas baung adalah Pondok Asam Pedas Baung yang terletak di seberang Rumah Sakit Awal Bross deket dengan bandara Riau.




6. Lempok Durian


Lempok durian masuk ke dalam daftar makanan khas Riau yang wajib kamu coba. Lempok durian bertekstur seperti dodol yang terbuat dari durian siantan yang dikenal mempunyai rasa lezat dan nikmat. Cara membuatnya pun menggunakan teknik yang diwariskan secara turun temurun dan masih sederhana. Lempok durian dapat dengan mudah kamu temukan di toko-toko makan yang ada di sekitar Kota Tarempa atau Kota Letung, Riau.








7.Roti Jala


Roti jala merupakan makanan khas kepulauan Riau .Roti jala berasal dari daerah Tanjungpinang biasa disuguhkan dengan kuah kari Melayu. Di daerah Deli, makanan ini disajikan bersama dengan kari kambing dan acar nanas. Bentuknya mirip dengan jala sehingga roti ini dinamakan roti jala.




Minuman

1. Laksemana Mengamuk

Berikutnya ada es laksanana mengamuk. Makanan khas Riau dan sejarahnya ini cukup terkenal dan konon katanya dulu ada seorang laksamana yang mengamuk di sebuah kebun kuwini atau sejenis buah mangga dengan daging yang lembut dan aromanya harum karena istrinya telah dibawa kabur. Untuk melampiaskan emosinya, sang laksamana kemudian menghempaskan pedangnya ke segala penjuru hingga banyak buah kuwini yang jatuh dan juga rusak. Setelah itu para warga mengumpulkan buah yang jatuh untuk diolah dengan santan dan gula, hingga jadilah minuman bernama es laksamana mengamuk ini. Es ini memiliki cita rasa manis dan legit.

2. Air Mata pengantin
Es air mata pengantin dulunya hanya disajikan saat ada perayaan acara kebahagiaan seperti pernikahan. Karena es ini disajikan ditengah orang-orang yang berbahagia, maka dinamakan es air mata pengantin. Es air mata pengantin ini rasanya segar dan nikmat. Dalam segelas es air mata pengantin, berisi biji selasih, blewah, es batu serut dan sirup.

3. Lancang Kuning


Terbuat dari buah mangga. Cara membuat es ini pun cukup mudah. Pertama potong buah mangga menjadi kotak-kotak secukupnya. Sisanya diblender dan ditambah gula serta susu. Setelah jus jadi, masukkan mangga yang telah dipotong dan tambahkan nata de coco.

4. Es Sirup Mak Inang
 
Es sirup mak inang merupakan minuman yang terdiri dari campuran air dan potongan buah nanas yang diolah dengan cara dimasak hingga mendidih. Setelah itu ditambah potongan buah apel dan agar-agar. Agar lebih nikmat tambahkan juga sirup jeruk koprok, selasih, gula, dan tentunya es batu.

5. Air Tebu Nostalgia


 Minuman yang satu ini dibuat dari air tebu yang dicampur dengan jahe dan kacang tanah serta kelapa muda. Jangan lupa tambahkan biji selasih agar setelah menikmatinya kamu akan selalu teringat dengan cita rasanya, cocok dengan namanya kan? Air tebu nostalgia.

6. Es Batu Permata Sungai Rokan

Es Permata merupakan es berbahan utama bengkuang yang kaya akan manfaat misalnya menurunkan kolesterol, mengobati demam, untuk sariawan dan masih banyak lainnya.
7. Es Samudra
Es Samudra adalah salah satu minuman unik dari Riau yang terbuat dari santan, rumput laut dan durian yang ditambahkan dengan roti tawar, gula pasir dan sirop.

Sejarah Pulau Penyengat

PENYENGAT,merupakan kota Bersejarah
Yuk, baca kisah sekengkapnya dibawah sini.....





Alkisah, nama pulau Penyengat muncul dalam sejarah Melayu pada awal abad ke-18 ketika meletusnya perang saudara di Kerajaan Johor-Riau yang kemudian melahirkan Kerajaan Siak di daratan Sumatera (masih di Riau). Pulau ini menjadi penting lagi ketika berkobarnya perang Riau (akhir abad ke-18) pimpinan Raja Haji Fisabilillah yang pada tahun 1997 diangkat sebagai pahlawan nasional. Raja Haji menjadikan pulau ini sebagai kubu penting yang dijaga oleh orang-orang asal Siantan, dari kawasan Pulau Tujuh di Laut Cina Selatan.
Cerita rakyat menyebutkan, nama pulau tersebut diambil dari nama binatang yakni penyengat (sebangsa lebah), semula dikenal sebagai tempat orang mengambil air dalam pelayaran di kawasan ini. Konon, suatu kali para saudagar yang mengambil air di situ diserang binatang tersebut. Pihak Belanda sendiri menjuluki pulau itu dengan dua nama yakni Pulau Indera dan Pulau Mars. Kini pulau itu lebih dikenal dengan nama Penyengat Inderasakti.

Pada tahun 1805, Sultan Mahmud menghadiahkan pulau itu kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah, sehingga pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha timah di Semenanjung Malaya dan selalu berpergian ke berbagai tempat sebelum diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda, Raja Jaafar membangun Penyengat dengan cita-rasa pemukiman yang molek. Sejumlah pengamat asing menyebutkan, Penyengat ditata sebaik-baiknya tempat yang terlihat dari penyusunan pemukiman, keberadaan tembok-tembok, saluran air, dan jalan-jalan. Pada gilirannya, Sultan Abdurrahman Muazamsyah, tahun 1900 memindahkan tempat kedudukannya dari Daik ke Penyengat.
Setelah menolak menandatangani politik kontrak dengan Belanda dan melakukan berbagai macam bentuk perlawanan, Sultan Abdurrahman Muazamsyah diturunkan dari tahta oleh penjajah. Tak seorang pun orang Melayu yang bersedia menjadi Sultan setelah itu, Abdurrahman Muazamsyah bahkan mengilhami orang-orang Riau meninggalkan Penyengat menuju Singapura dan Johor tahun 1911. Hanya beberapa ratus orang penduduk dari 6.000 orang penduduk waktu itu yang tinggal di Penyengat setelah peristiwa tersebut.
Dengan demikian, bangunan-bangunan kerajaan terbiarkan, bahkan dijarah. Selentingan dari penduduk terdengar cerita tentang bagaimana di antara para bangsawan mengharapkan agar bangunan-bangunan yang ada hendaklah dirubuhkan daripada diambil oleh Belanda. Tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan terhadap Mesjid Sultan, malahan rumah ibadah ini dipelihara baik sebagaimana mestinya sebuah rumah ibadah.
Sebenarnya, Mesjid Sultan di Pulau Penyengat sebagaimana disebutkan dalam Tuhfat al-Nafis (buku sejarah Melayu) karya Raja Ali Haji, dibangun seiringan dengan dihadiahkannya pulau tersebut kepada Engku Putri Raja Hamidah oleh Sultan Mahmud. Cuma saja, waktu itu, mesjid tersebut terbuat dari kayu. Raja Jaafar yang membangun Penyengat sebagai bandar modern hanya pernah memperlebar mesjid itu karena penduduk Pulau Penyengat semakin banyak.
Dalam buku Mesjid Pulau Penyengat yang disusun Hasan Junus disebutkan, pembangunan mesjid itu secara besar-besaran dilakukan ketika Raja Abdul Rahman memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja Jaafar. Tak lama setelah memegang jabatan itu yaitu pada tanggal 1 Syawal tahun 1284 H (1832 M) atau 165 tahun yang lalu, setelah usai shalat Ied, ia menyeru masyarakat untuk ber-fisabilillah atau beramal di jalan Allah.

Patutlah diakui bahwa bentuk Mesjid Sultan di Penyengat kini sangat unik. Sulit bagi orang untuk menentukan asal arsitekturnya. Ada yang mengatakan, mesjid ini bergaya India berkaitan dengan tukang-tukang dalam membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Tetapi yang jelas, arsitektur mesjid merupakan gaya campuran dari berbagai wilayah budaya seperti Arab, India, dan Nusantara. Dalam dua kali pameran mesjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Mesjid Sultan ini merupakan mesjid pertama di Indonesia yang memakai kubah.
Terdapat 13 kubah di mesjid itu yang susunannya bervariasi seperti ada “kelompok” kubah dengan jumlah tiga dan empat kubah. Ditambah dengan empat menara yang masing-masing memiliki ketinggian 18,9 meter, maka dapatlah dijumlahkan bahwa bubung yang dimiliki mesjid tersebut sebanyak 17 buah. Ini diartikan sebagai jumlah rakaat dalam shalat yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam sehari semalam yakni subuh (dua rakat), zuhur (empat rakaat), asyar (empat rakat), maghrib (tiga rakaat), dan isya (empat rakaat).
Keunikan di dalam mesjid masih banyak. Paling menarik perhatian adalah terdapatnya mushaf Alquran tulis tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul tahun 1867. Ia adalah salah seorang putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk menuntut ilmu di Istambul, Turki. Disebabkan tempat belajarnya, penulisan mushaf Alquran itu bergaya Istambul yang dikerjakannya sambil mengajar agama Islam di Penyengat.

Alquran tulis tangan lain yang ada di mesjid itu dan tidak diperlihatkan kepada umum, ternyata lebih tua yakni dibuat tahun 1752. Uniknya, di bingkai mushaf yang tidak diketahui penulisnya ini terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Alquran, bahkan terdapat berbagai terjemahan dalam bahasa Melayu terhadap kata per kata di atas tulisan ayat-ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa di sisi lain, orang-orang Melayu tidak saja menulis ulang mushaf, tetapi juga coba menerjemahkannya.
Tentu saja mushaf tersebut tidak dapat diperlihatkan kepada umum karena sudah amat rusak. Mushaf ini tersimpan bersama 300-an kitab dalam dua lemari di sayap kanan depan mesjid. Kita-kitab tersebut adalah sisa-sisa kitab yang dapat diselamatkan dari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga, Kutub Khanah Marhum Ahmadi, yang tidak terbawa bersama eksodusnya masyarakat Riau awal abad ke-20 ke Singapura dan Johor. Dalam suatu kunjungannya tahun 1970-an, Buya Hamka menilai bahwa buku-buku tersebut merupakan buku-buku penting yang tinggi nilainya dalam Islam.
Benda yang juga cukup menarik perhatian di mesjid ini adalah mimbar yang terbuat dari kayu jati. Satu mimbar diletakkan di Mesjid Sultan di Penyengat ini, sedangkan mimbar lain yang berukuran lebih kecil, diletakkan pada mesjid di Daik. Jepara, memang sudah lama dikenal di Riau, bahkan misi dagang Riau yang dipimpin Raja Ahmad, sempat berada di wilayah itu tahun 1826. Di antara anggota misi ini adalah pujangga Raja Ali Haji yang keranda (peti mati) untuknya sempat juga dibuat di Jepara karena ia sakit keras ketika berada di situ.
Hasan Junus mengatakan, di dekat mimbar itu disimpan sepiring pasir yang dikatakan berasal dari Makkah al-Mukarramah, melengkapi benda-benda lain semacam permadani Turki dan lampu kristal. Pasir ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua yang dikenal sebagai bangsawan Riau pertama mengerjakan haji tahun 1820-an, hasil perdagangannya di Jawa sampai ke Betawi. Pasir tersebut senantiasa digunakan masyarakat dalam upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi kanak-kanak.
penampilan suasana dalam Idul Fitri dan lintasan sejarah yang dikandung Mesjid Sultan itu yang agaknya “mengusik” hati orang luar datang mengerjakan shalat Idul Fitri atau Jumat (lihat: Naksabandiyah dan Berbagai Kegiatan).


Tak hanya sampai di situ. Fasilitas mesjid dapat digunakan untuk berbagai kegiatan sosial keagamaan. Dua balai yang berada di halaman mesjid, dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan kebudayaan. Tahun lalu misalnya, pengurus membenarkan pengisi kegiatan Hari Raja Ali Haji mengadakan kegiatan di dalam kompleks mesjid seperti bimbingan penulisan kreatif dan latihan membacakan syair dan Gurindam Duabelas.
Ya, Mesjid Sultan merupakan salah satu dari belasan obyek wisata di Pulau Penyengat sebagai obyek wisata andalan Riau, apalagi dalam saat hari raya seperti sekarang. Tetapi untuk soal agama, Mesjid Sultan tidak bisa ditawar-tawar karena fungsinya tetaplah sebagai rumah ibadah. Mesjid ini seolah-olah hendak mengatakan bahwa pandangan terhadap dunia tidak mungkin ditutup, tetapi pandangan kepada akhirat tetap dibuka selebar-lebarnya